Berita


Seminar Perkenalan Kekayaan Lokal Suku Batak Toba

Kearifan lokal adalah pandangan hidup suatu masyarakat di wilayah tertentu mengenai lingkungan alam tempat mereka tinggal. Pandangan hidup ini biasanya adalah pandangan hidup yang sudah berurat akar menjadi kepercayaan orang-orang di wilayah tersebut selama puluhan bahkan ratusan tahun.

Dengan kearifan lokal, maka tatanan sosial dan alam sekitar agar tetap lestari dan terjaga. Selain itu, kearifan lokal juga merupakan bentuk kekayaan budaya yang harus digenggam teguh, terutama oleh generasi muda untuk melawan arus globalisasi.

Alat musik tradisional merupakan salah satu wujud representasi identitas budaya dari tiap-tiap daerah. Alat musik tradisional diciptakan dalam bentuk dan fungsi tertentu dalam setiap penggunaannya. Kegiatan memainkan alat musik bagi masyarakat tradisional merupakan salah satu bentuk kesenian yang lahir dari dalam diri masyarakat. Kesenian itu sendiri merupakan salah satu perwujudan kebudayaan, yang lebih dikenal dengan kesenian daerah, kesenian daerah juga merupakan kesenian yang diterima oleh masyarakat secara turun temurun. Dalam konteks kehidupan tradisional masyarakat Batak Toba, permainan alat musik tradisional memiliki fungsi yang cukup penting dalam penggunaannya. Kegiatan bermusik yang dilakukan terdiri dari dua konteks yakni; 1) kegiatan musik yang dilakukan untuk sarana ritual dan upacara adat, 2) dilakukan untuk kegiatan hiburan. Aktivitas musik yang bersifat hiburan umumnya ditampilkan dalam bentuk nyanyian atau permainan alat musik tunggal, tetapi untuk kegiatan yang bersifat ritual atau seremonial pada umumnya akan diiringi oleh ansambel gondang.

Masyarakat Batak Toba, salah satu etnis atau suku di Sumatera Utara, tak bisa dilepaskan dari musik. Dalam kegiatan adat maupun ritual keagamaan, musik selalu dilibatkan. Hal ini tampak pada gondang sabangunan, orkes tradisional dari Batak Toba yang biasa dimainkan untuk mengiringi tarian seremonial tortor atau yang dikenal dalam istilah lokal sebagai adat ni gondang dohot tortor.

Gondang sabangunan terdiri dari lima taganing (gendang yang punya peran melodis), 1 gordang (gendang besar penentu ritme), 3-4 ogung atau gong (pembentuk ritme konstan), dan 1 hesek (perkusi, biasanya botol kosong atau lempengan besi yang dipukul untuk membantu irama), dan sarune bolon (alat musik tiup).

Dalam gondang Sabangunan, terdapat sekelompok alat musik gendang yang khas, yakni taganing dan gordang, bahkan odap. Ketiganya digantung di atas balok atau rak kayu.

Beberapa musisi menyebut taganing sebagai kelompok tujuh drum yang terdiri dari lima taganing, ditambah gordang dan odap. Gordang dan odap sebenarnya dua instrumen yang terpisah dan secara fungsi berbeda. Namun odap selalu dapat diganti dengan gordang atau taganing.

Dalam pertunjukan musik gondang sabangunan, taganing memang memiliki peranan penting. Ia memiliki fungsi ganda: sebagai pembawa melodi sekaligus sebagai ritme variable dalam beberapa lagu. Selain itu, taganing berperan sebagai dirigen yang memberikan aba-aba dengan isyarat-isyarat ritme yang harus dipatuhi seluruh anggota ansambel sekaligus pemberi semangat kepada pemain lainnya.

Pada beberapa bagian taganing terdapat ornamen atau ukiran yang disebut gorga. Ukiran itu diberi warna putih, merah, dan hitam; putih melambangkan kesucian, merah melambangkan keberanian, dan hitam melambangkan kepolosan. Ornamen itu terdapat pada bagian badan, laman (pengait sekaligus alas), dan kaki penyangga. Adanya ornamen ini memberi nilai seni dan estetika tersendiri bagi taganing.

Pertunjukan gondang sabangunan saat ini lebih menonjolkan aspek hiburan. Kesakralan gondang mulai luntur. Bahkan, di banyak momen perayaan tradisional, seperti pernikahan, kelahiran, dan kematian, sebagian masyarakat Batak tak lagi menggelar gondang. Mereka memilih seni hiburan modern, seperti organ tunggal dan musik Eropa.

Jumat, 12 Agustus 2022 SMA Methodist 6 Medan mengadakan seminar yang memperkenalkan kekayaan lokal suku Batak Toba.  Tema ini diangkat dalam rangka membangkitkan semangat dan kesadaran siswa untuk menjaga kelestarian dan keberlangsungan budaya daerahnya di tengah - tengah perubahan sosial masyarakat yang terjadi sekarang ini.

Pada Seminar ini siswa diajarkan untuk mengenal Musik Tradisional Batak Toba antara lain : Taganing, Hasapi, Sarune bolon, Seruling, dll. Beberapa siswa juga diajarkan bagaimana cara memainkan alat musik tradisional batak toba.

Aneka bentuk kearifan lokal ini tanpa sadar bukan hanya menjadi kepercayaan yang harus dipegang teguh, tetapi juga menjadi identitas sebuah wilayah. Tanpa identitas ini, sebuah wilayah tidak dapat dikenali, dan diingat oleh orang luar.

Musik tradisi itu salah satu kekayaan kita yang tidak terukur, sudah sepatutnya kita jaga dan terus dikembangkan. “IKUTI ZAMAN MU, JANGAN TINGGALKAN BUDAYA MU”

Kontak

Alamat :

JL. BINJAI KM 7,8 / JL. SEKOLAH NO 402 LK. III CINTA DAMAI

Telepon :

061-8452601 - 061-8477417

Email :

methodist.6.medan@gmail.com

Website :

methodist-6.sch.id

Media Sosial :